Pernah merasa gagal karena ASI kamu nggak keluar banyak? Atau merasa bersalah saat harus campur sufor karena produksi ASI seret? Tenang, kamu nggak sendiri.
Banyak ibu menyusui pernah mengalami perasaan ini. Merasa “kurang” jadi ibu karena nggak bisa kasih ASI eksklusif. Tapi… apakah rasa bersalah itu harus kamu pikul terus?
Dalam artikel ini, kita bahas kenapa rasa bersalah saat ASI tidak cukup itu muncul, apakah wajar, bagaimana menghadapinya, dan solusi apa yang bisa dilakukan. Yuk, kita kupas tuntas — sambil menguatkan hati.
Fenomena “mom guilt” atau rasa bersalah menjadi ibu sudah diakui secara global. Apalagi soal menyusui. Ekspektasi sosial yang tinggi, informasi di media sosial, dan tekanan keluarga bisa bikin ibu merasa gagal saat ASI tidak sesuai harapan.
WHO memang menyarankan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, tapi mereka juga menekankan pentingnya dukungan menyeluruh untuk ibu, termasuk secara mental【WHO: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/infant-and-young-child-feeding】.
Ada banyak faktor yang memengaruhi jumlah ASI:
Produksi hormon prolaktin terganggu karena stres
Ibu kelelahan dan kurang tidur
Teknik pelekatan bayi kurang optimal
Jadwal menyusui tidak rutin
Gizi ibu tidak tercukupi
Riwayat operasi payudara
Kondisi medis tertentu seperti anemia atau PCOS
Jadi, kurangnya ASI bukan semata-mata “kesalahan” ibu.
Kalau dibiarkan, rasa bersalah bisa memicu:
Kecemasan berlebihan
Gangguan tidur
Baby blues bahkan depresi postpartum
Menghindari menyusui karena stres
Renggangnya hubungan dengan pasangan atau bayi
Menurut studi dari The Lancet, gangguan mental ibu menyusui berdampak signifikan pada pertumbuhan dan perkembangan bayi【https://www.thelancet.com/series/maternal-mental-health-2023】.
Sebelum buru-buru mencari booster atau menyalahkan diri, coba katakan pada diri sendiri:
“Aku sedang melakukan yang terbaik.”
Karena memang kamu sedang berjuang, dan itu saja sudah cukup hebat.
Beberapa hal yang bisa kamu lakukan:
Ceritakan perasaanmu ke pasangan, sahabat, atau komunitas ibu
Tulis perasaan di jurnal
Hindari membandingkan diri dengan ibu lain di medsos
Yup. Karena menjadi ibu bukan cuma tentang ASI.
Bayi juga butuh pelukan dan kehangatan
Butuh senyuman dan tatapan penuh cinta
Butuh ibu yang waras, bukan sempurna
Seperti yang ditekankan oleh UNICEF: menyusui perlu didukung, bukan dibebani. Jika tidak bisa menyusui, dukungan dan pemahaman lebih penting daripada menyalahkan.
Yang bisa kamu lakukan:
Cek pelekatan bayi
Perbaiki pola makan dan hidrasi
Jadwalkan istirahat walau sebentar
Coba booster alami yang terjangkau dan aman
Yang TIDAK bisa kamu kendalikan:
Komentar orang
Perbandingan dengan ibu lain
Kondisi medis yang sudah terjadi
Jangan mudah panik karena membaca testimoni random di medsos. Fokus pada informasi dari:
Konselor laktasi
Dokter anak
Website terpercaya (WHO, IDAI, royalacta.id)
Cek juga artikel-artikel bergizi seputar ASI di Royalacta
Kalau kamu ingin meningkatkan produksi ASI, bisa coba booster dari bahan herbal alami:
Daun katuk: galaktagog alami
Daun kelor: tinggi zat besi & vitamin A
Fenugreek: digunakan luas secara global
Kamu bisa membuat sendiri atau konsumsi booster siap pakai seperti Royalacta ASI Booster, yang diformulasikan khusus untuk ibu menyusui di Indonesia.
Libatkan pasangan: minta dukungan emosional, bukan cuma bantuan fisik
Gabung komunitas ibu menyusui
Cari mentor menyusui (bidan, konselor, teman senior)
Dengan dukungan, kamu akan merasa “cukup” — bahkan saat ASI belum maksimal.
Beberapa ibu merasa gagal saat harus menambah sufor. Padahal, kombinasi ASI dan sufor tetap bisa jadi solusi baik. Kunci utamanya: tetap menyusui secara langsung agar produksi tetap terjaga.
💡 Tips:
Prioritaskan menyusui dulu, baru sufor
Pilih sufor yang sesuai dengan anjuran dokter
Jangan merasa bersalah — kamu tetap memberi yang terbaik
“Waktu anak pertama, ASI-ku cuma keluar sedikit. Rasanya sakit hati tiap kali harus kasih sufor. Tapi akhirnya aku sadar, anakku tetap sehat, tetap dekat denganku. Sekarang aku ibu dua anak dan sudah berdamai.”
— Nina, 30 tahun, Tangerang
Segera cari bantuan profesional bila kamu merasa:
Menangis hampir setiap hari
Menolak menyusui karena merasa gagal
Merasa tidak pantas jadi ibu
Hilang semangat menjalani hari
Konsultasi ke psikolog atau konselor menyusui bukan tanda kelemahan, tapi bentuk cinta pada diri sendiri dan bayi.
Faktanya, hormon menyusui seperti oksitosin akan lebih aktif saat ibu tenang dan bahagia. Jadi, bukan booster atau pompa paling mahal yang paling penting, tapi hati yang tenang dan tubuh yang cukup istirahat.